Subscribe Us

header ads

Investasi Si Bos


Oleh: Ihya'

    Langit kota terlihat sendu, warnanya jingga semu merah. Sesaat lagi dunia dilahap gelap. Di trotoar jalan, lelaki itu berjalan gontai turun dari angkot dengan tatapan kosong. Ransel berat yang menempel di badan panasnya memperlambat kaki. Langkahnya lambat, lambat sekali, berjalan lambat setengah merangkak. Tidak ada lagi sinar harapan terpancar dari matanya. Gelap. lebih gelap dari langit di atasnya. Wajahnya kuyu seolah tanpa ekspresi. Rambutnya kusut, sekusut seragam perusahaan yang bernoda keringat dan debu menjelma daki. Sepatu necis nan mengkilap di kakinya yang – ah sudah lah – entah kapan akan dipakai lagi. Hati gelisah tak karuan. Takkan ada semangat yang mampu menjadi pelumas hatinya. Jutaan pertanyaan menghujam bak hujan peluru, apa yang harus kukatakan untuk istriku, besok mau makan apa anak-anakku, bagaimana penghidupan keluargaku? Pertanyaan demi pertanyaan yang tidak ada jawabnya. 


    Sudah lama kabar burung itu berkeliaran di antara para karyawan. Hari ini semuanya telah menjadi kenyataan. Zajurgal per siang tadi di-PHK oleh perusahaan tempat dia bekerja. Ia dipecat dan menjadi tunakarya. Pengangguran. Pria ini tidak lebih dari laki-laki biasa, suami dari seorang istri yang membutuhkan nafkah darinya, ayah dari lima orang anak dengan tangan-tangan mungil yang memerlukan uang saku darinya. Semua kebutuhan keluarga bergantung kepada pekerjaannya di perusahaan itu. Sekarang? Semua harapan telah luluh lantak. Kepalanya penuh namun kosong di waktu yang sama. Penuh akan pertanyaan, kosong akan jawaban. Kalimat menyerah menghantui kepalanya. Tidak tahu apa yang akan didapatinya besok. Ia terus melangkah ke arah rumah.


    Seharusnya tidak lebih dari lima menit jika dilalui dengan langkah yang pasti. Satu jam telah berlalu, memanglah selama ini jika disusuri dengan langkah gontai. Sebentar lagi sampai. Zajurgal berbelok ke sebuah gang gelap. Gelapnya malam sudah cukup menjadikan gang gelap itu semakin gelap, kini kegelapan yang merundung hatinya sempurna menjadikan keadaan menjadi gelap gulita. Bau selokan, tikus-tikus, dan genangan sampah menyambut kedatangannya. Kekumuhan ini adalah rambu: tempatnya tinggal beberapa langkah lagi. 


    Dari jauh lampu temaram terlihat. Cahaya yang berpendar di dalamnya sedikit menerangi tempat sekitar. Sayang, sinar seredup itu tidak akan mampu menerangi gelapnya hati dan pikiran Zajurgal. Bahkan matahari pun belum tentu mampu. Saat-saat yang dia takutkan pun datang. Apa yang harus kukatakan untuk istriku, besok mau makan apa anak-anakku, bagaimana penghidupan keluargaku? Sialan! Di depan rumah, istrinya berdiri menanti. Wajahnya tidak kalah kuyu. Ia mengerti apa yang telah terjadi. Kabar-kabar tentang agenda pemecatan karyawan sudah ia dengar. Kabar burung itu kini menjelma kabar buruk.


    Lihatlah rumah mereka. Tidak lebih indah dari bui. Dinding-dindingnya berlubang. Genteng atap rumah acak-acakan. Halaman sekitar becek. Penampakkan yang tidak elok ini menjadi semakin buruk. Zajurgal berjalan masuk. Sepatu necis yang – ah sudah lah – sudah kumal Zajurgal tanggalkan. Yrukah, sang istri menyambut membukakan pintu. Ransel berisi baju ganti, kotak bekal, dan perkakas-perkakas ia asal taruh di lantai. Mereka berdua langsung duduk di sofa ruang depan. Ringkihnya sofa menyadap percakapan mereka.


    “Apa yang terjadi, Pak...?” Yrukah bertanya bertingkah seolah-seolah belum mengerti. 


    Zajurgal menelan ludah, bagaimanapun ia harus tetap katakan, “Aku dipecat, agenda pemecatan besar-besaran di berbagai perusahaan itu benar terjadi.”


    Keduanya terdiam. Suasana lengang beberapa menit. Baik si suami ataupun si istri, mulut mereka membisu. Berair, mata Yrukah mulai berair. Kantung matanya tak kuasa membendung semua pilu yang merundung. Dari kamar terdengar dengkuran anak-anak. Suara itu membuat rasa gelisah semakin memuncak.


    “Lalu, gi-gimana nasib anak-anak, Pak?” Suara Yrukah tersengal oleh isak tangis. Zajurgal hanya diam sama bingungnya. 


    “Kenapa? Memang kenapa harus begini?” Yrukah mendorong suaminya untuk bicara. 


    “Ya gimana lagi, ini udah gak bisa dihindari lagi. Cepat atau lambat perusahaan-perusahaan udah gak butuh karyawan lagi, semuanya bakal jadi serba teknologi,” si suami angkat bicara.


Yrukah tertunduk. Ia mulai menyadari keadaan yang sebenarnya. Dari awal dia sudah memahami konsekuensi bekerja di M-Inc. Zajurgal melepas pakaian kerjanya, melemparnya dengan kencang. Emosinya meluap. Sumpah serapah meledak dari mulutnya. 


“KURANG AJAR! INI SEMUA GARA-GARA SMARTPHONE!!!” Zajurgal mengutuk dunia bawah.

***


    Mephisto Inc, Perusahaan ini adalah lembaga yang mengakomodir para setan untuk melakukan tugas mereka: membisikkan keburukan ke dalam relung hati setiap manusia, melalaikan dari kewajiban, mengacaukan pikiran, hingga menyesatkan mereka. 


    Dalam upaya mengejar target perusahaan, Mephisto Inc terus menerus menanam investasi demi terobosan-terobosan terbaik. Investasi yang dijalankan berhasil melahirkan banyak penemuan, dan seiring perkembangan penemuan-penemuan ini, Zajurgal dan banyak teman-teman setannya akhirnya dianggap sudah tidak dibutuhkan lagi. Mereka pun dipecat. Selain Zajurgal, di tempat lain, banyak setan-setan lain menganggur gara-gara terobosan dari Bos Azil (Azazil).


    Ponsel Pintar alias Smartphone adalah inovasi paling mutakhir yang pernah ada di peradaban umat setan yang diciptakan dalam rangka menyukseskan misi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi bahkan sebelum manusia menginjakkan kaki di bumi. Tugas untuk menganggu umat manusia, menyesatkan kepada fitnah, memecah belah, dan semua kerusakan yang kini sudah bisa dilihat langsung pada kehidupan umat manusia. Para setan tidak perlu susah payah lagi menghasut.


    Investasi Bos Azazil dengan para pengagumnya dari umat manusia berbuah besar. Dari zaman ponsel kentang hingga kini dengan ponsel pintar semuanya berhasil. Sebentar lagi, sesuai perhitungan, ketika gawai-gawai ini semakin canggih, kehancuran maha besar akan terjadi pada umat manusia. Kehancuran yang hanya satu penawarnya.


    Alat ini Mutakhir sekali. Bagaimana tidak? Hanya dengan memegang ponsel, manusia tanpa dihasut akan tenggelam sendiri kepada keburukan. Berawal dari tali sillaturahmi antar manusia yang menjadi mulai renggang. Sejak zaman ponsel kentang, program perusakan ikatan batin manusia sudah gencar dikejar. Dengan mudahnya komunikasi, alasan untuk bersua secara langsung berangsur berkurang. Berkurang, berkurang, berkurang, hingga kini dengan semua perkembangan teknologi, dorongan pada diri manusia untuk berinteraksi dengan masyarakat sedikit lagi akan benar-benar hilang. Umat manusia menjadi individualis, mereka lupa bahwa di dalam kesendirian potensi berbuat buruk semakin besar.


    Ponsel yang dasarnya merusak manusia, malah dikembangkan sendiri oleh mereka. Senang dengan apa yang terlihat di genggaman tangan, lupa terhadap kerusakan yang menanti di pelupuk mata. Salah satu fitur paling mematikan pada teknologi hasil investasi bos adalah: scrolling. Beralibikan hiburan dan edukasi, rasa malas maha dahsyat pun akan menguasai. Sekali menggulir layar, muncul tontonan menghibur. Gulir lagi, lagi, dan lagi. Hanya satu-dua menit niatnya, tak terasa sudah berjam-jam si manusia ini sudah terlentang terlontang-lantung dalam rebahnya. Kewajiban mereka lalaikan, hal-hal yang sebenarnya bermanfaat mereka tinggalkan. Lucu sekali manusia ini. Para setan tidak menyangka bahwa ini akan efektif, mereka kira ini tidak akan berpengaruh pada umat manusia. Karena sesuai penelitian para ilmuwan setan, kapanpun dan di manapun, manusia selalu mengajarkan kepada sesama bahwa “Waktu itu berharga”. Ternyata mereka meninggalkan ajaran itu, mereka memilih untuk scrolling¬ berjam-jam sambil rebahan. Melihat ini para petinggi setan tertawa terpingkal-pingkal, ternyata semudah itu ya? 


    Ada yang lebih parah dari scrolling, namanya game. Game? Permainan? Apa salahnya? Memang, permainan mau itu di ponsel atau permainan asli tetap berpotensi membuang waktu. Tapi menurut para cendekiawan setan, permainan di ponsel punya kelebihan. Selain menjauhkan yang dekat, selain memusnahkan interaksi antar manusia, selain membuang-buang waktu, game juga mendidik anak-anak manusia untuk toxic. Para cendekiawan setan tidak mengerti asal muasal istilah ‘toxic’ ini secara etimologisnya dari mana. Intinya yang membuat mereka senang, mulut anak-anak manusia semakin ke sini semakin ringan untuk mengumpat dan melontarkan kata-kata kotor.


    Mempermudah kehidupan manusia? Heh, mulia sekali cita-cita itu. Siapa kira idealisme itu hanya intrik dari si bos. Memang kebaikan dan kemudahan ada. Di sisi lain, akses untuk keburukan terbuka selebar-lebarnya. Judi, penipuan, aliran sesat, seks bebas, pornografi, dan prostitusi sekarang ada di mana aksesnya? Canggihnya, walaupun fadihat-fadihat itu tidak diakses langsung oleh si pengguna ponsel, namun mereka tetap disantap oleh si pengguna dalam wujud yang berbeda. Terselip dalam warna-warni hiburan-hiburan. Tayangan demi tayangan, perlahan tapi pasti membentuk perangai buruk pada diri setiap manusia. Mana manusia peduli. Mereka sudah merasa dimudahkan kehidupannya dengan alat itu. Mereka terlampau gembira dengan kemudahan ini. Terkadang mereka lupa bahwa diri mereka didesain untuk bersusah payah dalam setapak proses. Terlalu senang sampai melunjak. Menyesal kita sudah terjatuh kelak. Setan terbahak-bahak.


    Puncak dari kecanggihan benda yang konon adalah ‘alat komunikasi’ ini adalah cepat tersebarnya fitnah. Setan mana yang tidak suka fitnah. Fitnah sudah ada dari dulu sekali. Namun semakin hari, dengan program-program yang dibuat oleh si bos, fitnah yang menyebar di umat manusia semakin mengerikan. Kabar-kabar bohong, hoax, bisa melesat setiap detiknya. Muslihat-muslihat yang sengaja direka demi kenikmatan sesaat. Harta, Tahta, Wanita. Jemari manusia semakin tanpa beban mengetik kesesatan-kesesatan itu. Saking mudahnya. Tuduh sana, tuduh sini. Marak sekali di jejaring sosial media. Manusia mengakui mereka bingung dengan kabar-kabar bohong ini, tapi kaum mereka sendiri yang membuatnya. Bingung, sampai kelak yang benar akan pudar. Kebatilan pun diangkat menjadi kebenaran.


    Sisi paling canggih dari hasil investasi iblis ini adalah: manusia tidak menyadari kerusakan yang terjadi pada diri mereka, atau mungkin sadar tapi masa bodoh, tidak sedikit yang malah menikmatinya. Para peniliti setan sengaja memasukan hal-hal yang ‘kiranya’ bermanfaat dalam anggapan mayoritas manusia. Siapa sangka sisi positif itu hanya teknik anchoring pemasaran saja. Apa faktanya? Sisi positif dari ponsel jika dipersenkan tidak pernah bisa mengalahkan sisi negatif yang diselubungkan. Para peniliti dari kalangan setan tahu bahwa alat ini juga bisa menjadikan manusia menjadi lebih baik, tapi jumlah manusia yang menjadi baik dengan ponsel tidak akan pernah lebih banyak dari yang lalai. Sesuai perhitungan. Hadirnya kehancuran pada umat manusia tak terelakkan. Para petinggi setan girang tak karuan. Sebentar lagi akan datang hari yang dijanjikan.


    Kini semua kabar telah menjadi nyata. Sepesat ini pengembangan teknologi itu, Zajurgal dan rekan setannya sudah tidak perlu bekerja lagi. Para setan dibandingkan benda ini kalah digdaya. Silahkan mundur para setan asli, selamat datang setan gepeng. Manusia tidak perlu lagi dihasut, yang ada di tangannya sudah cukup. Kehancuran akan datang. Tidak ada yang bisa selamat, kecuali dia yang sadar bahwa “Jika kehidupan adalah lautan, maka perkembangan zaman adalah ombaknya. Pasti ada. Alih-alih hanyut dalam derasnya ombak, seharusnya kitalah yang berdansa, menari, dan meluncur di atasnya.”


Posting Komentar

0 Komentar