Subscribe Us

header ads

Puasa dan Perang Badar

Bagaimana jadinya jika pada momentum puasa kali ini kita dihadapkan dengan situasi luar biasa yang pernah dialami oleh Rasulullah SAW dan juga para sahabat? 

Di saat kita merasakan beratnya berpuasa di tengah kesibukan serta aktivitas kita, maka Rasulullah beserta para sahabat harus menghadapi sebuah perang besar yang menentukan nasib kaum muslimin. Sebuah perang yang terjadi di sebuah lembah antara Madinah dan Mekkah yaitu Badar.

Pada awal perintah puasa disyariatkan, Allah SWT menguji kaum muslimin dengan sebuah peperangan. Yakni Perang Badar yang terjadi pada bulan Ramadhan.

Perang Badar secara tersirat memberikan pelajaran bagi kaum muslimin pada waktu itu bahwa puasa selain menahan makan dan minum, mereka juga diharuskan untuk menahan amarah, kebencian dan kedengkian terhadap musuh mereka. 

Kaum muslimin berperang dengan keadaan hati yang damai, pertempuran mereka benar-benar karena Allah, bukan dilandasi dengan dasar kebencian.


Sejarah Perang Badar

Perang Badar merupakan salah satu kejadian penting yang terjadi di bulan Ramadhan di masa awal perkembangan Islam. Perang Badar sendiri terjadi pada tanggal 17 Maret 624 Masehi atau bertepatan pada tanggal 17 Ramadhan tahun kedua Hijrah.

Perang Badar adalah perang pertama yang dilalui umat Islam sejak hijrahnya Nabi Muhammad SAW pada 622 Masehi. Pada perang kali ini, umat Islam pergi berperang dengan membawa pasukan berjumlah 314 orang, 8 pedang, 6 baju perang, 70 ekor unta, dan 2 ekor kuda. Sedangkan pasukan muslim harus berhadapan dengan kekuatan kaum Quraisy yang jauh melebihi mereka. Kaum Quraisy Mekkah pergi menuju Madinah dengan 1000 pasukan, 600 senjata lengkap, 700 unta, dan 300 ekor kuda.

Dalam Al-Qur’an, perang Badar dijelaskan dalam beberapa ayat,

“Sesungguhnya Allah telah menolongmu dalam peperangan Badar. Padahal, kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Oleh sebab itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu mensyukuri-Nya.” (Q.S Ali Imran : 123)

“(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin ‘Apakah tidak cukup bagimu Allah membantumu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” (Q.S Ali Imran : 124)

“Ya (cukup). Jika kamu bersabar dan siap siaga, lalu mereka datang menyerangmu dengan seketika, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.” (Q.S Ali Imran : 125)

“Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)mu agar tentram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa." (Q.S Ali Imran : 126)

Dan pada ayat lainnya dijelaskan,

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, sungguh, aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang beruturut-turut.” (Q.S Al Anfal : 9)

Untuk umat Islam sendiri, perang Badar merupakan sebuah peristiwa besar, terlebih terjadinya perang ini di bulan Ramadhan. Perang Badar ini menjadi pertempuran besar pertama umat Islam dalam melawan musuh. Lewat pertolongan Allah SWT kaum muslimin dapat memenangkannya walaupun sangat kalah dari jumlah pasukan musuh. 

Allah SWT menolong umat Islam yang sedang dalam keadaan lemah tersebut dengan mengirimkan beribu-ribu malaikat. Bahkan dalam sebuah riwayat, perang Badar ini tidak berlangsung lama, hanya memerlukan waktu sekitar dua jam bagi pasukan muslim untuk menghancurkan pertahanan dari tentara kaum kafir Quraisy. 

Allah SWT memberikan nama perang Badar dengan julukan Al Furqaan atau hari pembeda. Karena, pada hari tersebut sudah dibedakan mana saja yang haq dan batil.

Pada akhirnya, umat Islam berhasil memenangkan perang Badar. Kemenangan dalam perang tersebut membuat posisi umat Islam di wilayah Madinah semakin kuat. Sementara untuk kaum Quraisy yang kalah dari perang harus menelan kekecewaan yang mendalam. Mereka akhirnya semakin berhasrat untuk melakukan balas dendam dengan persiapan yang jauh lebih matang.


Esensi Puasa Lewat Perang Badar

Dari Abu Hurairah, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْعَ وَالْعَطَشَ

“Banyak dari orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga." (H.R Baihaqi)

Hadits ini mengindikasikan bahwa puasa tidak sekedar menahan lapar dan dahaga, akan tetapi lebih dari itu. Perang Badar yang terjadi pada awal diwajibkannya puasa Ramadhan memberi makna yang sangat berarti bagi para sahabat pada waktu itu. Melakukan pertempuran dengan tanpa menyimpan dendam dalam hati, membunuh musuh tidak didasari dengan kebencian dan sabar atas perintah Rasulullah agar tidak keluar dari barisan perang.

Nabi Muhammad SAW dan sebagian para sahabat berbuka pada waktu itu. Lewat berbukanya Nabi dan para sahabat ini menjadi pijakan bahwa terdapat rukhsah dalam berpuasa. Berbukanya Nabi juga merupakan urgensi rukhsah (keringanan) yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya.

Peristiwa ini bisa dilihat dari hadits riwayat Abu Said Al-Khudri, ia berkata, “Kami berperang bersama Rasulullah SAW. Di antara kami ada yang berpuasa, namun ada pula yang berbuka. Orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka. Sebaliknya, orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa.” (H.R. Ibnu Mulaqqin, Al Badr Al Munir Fi Takhrij Al-Ahadits wa Al-Atsar Al-Waqiah fi Al-Syarh Al-Kabir)

Ketika para sahabat memilih untuk tidak berbuka dan ingin meneruskan puasanya, mereka tidak mencela sahabat lain yang memilih berbuka. Hendaknya orang yang berpuasa menjaga pandangannya dari melihat keburukan; Menjaga lisan dari dusta, ghibah, adu domba dan perbuatan keji; Menjaga pendengaran, tangan, kaki, perut dari perkara yang menimbulkan dosa dan syubhat.

Itulah esensi puasa yang bisa diambil dari peristiwa perang Badar. Bagaimana memahami hakikat puasa bukan hanya sebatas lahiriyah saja, melainkan juga melihat dari sisi bathiniyah.


Momentum Perang Badar yang Terjadi di Bulan Ramadhan

Momentum perang Badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan bertepatan dengan salah satu peristiwa istimewa, yaitu bertepatan dengan momentum nuzulul qur’an. Dua peristiwa ini tidak akan pernah bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya yang terjadi di tanggal yang sama, dalam waktu yang sama, bahkan di hari yang sama Allah sandingkan dalam Al Qur’an pada satu ayat dalam sebuah keterangan yang sangat indah.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah ke 8 ayat ke 41, dalam penggalan ayat terakhir,

..... وَمَا اَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ (الأنفال : 41) 

"Dan apa yang telah kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Al Anfal : 41)

Apa esensi dari peristiwa perang Badar ini sampai disandingkan dengan peristiwa proses turunnya Al-Qur’an?

Berikut beberapa hikmah yang dapat disimpulkan dari dua hal tersebut untuk bekal kehidupan kita:

1) Dalam kehidupan, manusia akan dihadapkan antara dua hal, yaitu kebaikan dan keburukan.

Perang Badar seperti yang diuraikan dalam ayat di atas, mempertemukan antara dua pasukan besar. Pasukan ini adalah gambaran dari dua hal yang bertentangan, satu mewakili kebaikan dengan nilai-nilai yang mulia, dan yang kedua mewakili keburukan dengan nilai-nilai yang sangat tercela.

Contohnya, jika kita berada dalam posisi yang baik maka kita akan dihadapkan pada tantangan dalam wujud keburukan. Seakan-akan hal tersebut ditujukan untuk menguji kualitas kebaikan kita.

Dalam praktiknya, jika kita ingin menjadi orang yang baik, maka lawan dari kata baik adalah buruk. Saat kita berproses menjadi baik, kita akan menghadapi tantangan-tantangan keburukan yang muncul serta datang kepada kita.

Sebaliknya, jika pada suatu masa kita berperilaku buruk. Maka kita akan menghadapi kebaikan sebagai pengingat kita untuk meninggalkan nilai-nilai keburukan yang dimaksudkan.

2) Semangat mendekatkan diri kepada Allah SWT

314 melawan 1000 orang. Tetapi jumlah tersebut tidak pernah bisa meluluhlantahkan semangat juang mereka meskipun itu terjadi pada bulan suci Ramadhan. Para sahabat Nabi SAW ketika tiba bulan Ramadhan, pada hari pertama kali mereka diperintahkan berpuasa pada tahun ke-2 hijrah, mereka langsung dihadapkan pada pertempuran luar biasa. Dan mereka tetap menjalaninya dengan penuh semangat.

Duhai kita yang tidak berperang saat ini yang tidak memiliki musuh, duhai kita yang hanya dihadapkan pada pekerjaan harian dan jauh dari kualitas perang Badar. Sudahkah sampai puasa hari ini kita masih semangat menjalankan puasa?


Red : Dimas Dwi 


Posting Komentar

0 Komentar