Subscribe Us

header ads

Siklus Berpikir Kita Sudah Diatur, Tetapi Bukan Tuhan Pelakunya

Inverse.com

Oleh: Daniya Hamd

Seorang kawan dekat pernah bertanya pada saya. “Jurusan apa yang mau kamu ambil nanti di kuliah?”

Saya menjawab “filsafat” lantas ia tertawa sedikit. “Kalau ngambil filsafat emang ntar mau kerja jadi apa?” Tambahnya bergurau.

Pertanyaan bagai pisau itu menancap pada sendi pemikiran saya, boleh jadi apa yang dikatakannya benar, belajar filsafat tidak memberikan jaminan kerja di masa depan. Beberapa kali muncul keraguan di benak saya, apa gunanya mempelajari hal yang tidak mendatangkan pekerjaan kita di masa mendatang.

Kini semua terkuak. Saya mendapatkan jawaban luar biasa, kemungkinan besar anda sebagai pembaca yang budiman akan menyadari kebenarannya setelah menuntaskan semua tulisan ini.

Di bumi yang kita pijaki, semua siklus berpikir sudah diatur, tetapi bukan oleh Tuhan.

“Butuh uang demi kuliah, butuh kuliah demi kerja, butuh kerja demi uang, aku bertanya-tanya siapa dalang dibalik sistem yang jenius ini.” Kata Tom Hanks, bintang aktor yang sempat memerankan tokoh Robert Langdon dalam seri cerita karya Dan Brown.

Sistem yang telah diajarkan sekolah kepada kita sejak dini, menuturkan kita untuk selalu giat belajar, supaya kelak di hari tua mendapatkan profesi. Namun pertanyaannya adalah apakah kerja adalah goal utama hidup.

Manusia menekuni pekerjaan untuk menghasilkan uang. Menghasilkan uang lalu kembali lagi pada pekerjaan tersebut. Begitupun seterusnya sistem itu sudah begitu lekat pada kita semenjak sekolah dasar.

Uang – kuliah – pekerjaan – uang. Titik kembali pada poin yang disebut uang. Sadar ataupun tidak kita diperbudak untuk menuhankan uang. Kertas yang sejatinya dimanfaatkan oleh manusia malah memanfaatkan manusia itu sendiri. Pada akhirnya ketika dewasa manusia hanya mengenal uang dan kerja.

Coba kita amati ikan yang terjebak di dalam akuarium. Ia hanya berputar mengelilingi sudut akuarium. Ikan tidak akan pernah memahami betapa indah dan luasnya lautan dibandingkan kotak penjara air itu.

Begitu pula manusia dipaksa mengitari siklus pemikiran yang sebenarnya memenjarakan dirinya sendiri. Dipaksa untuk melupakan apa tujuan dari hidup.

Flicker.com

Terdapat fenomena gila kerja di Jepang dikenal dengan istilah karoshi. Fenomena yang memperlihatkan bagaimana manusia mengintimidasi dirinya sendiri untuk menyanjung profesi.

Musibah mengerikan ini memakan sekitar seribu orang tiap tahunnya. Efek dari kurangnya waktu istirahat, jam kerja dan disiplin yang begitu keras, akibatnya banyak di antaranya mengalami tekanan psikis, depresi, bahkan serangan jantung akibat kelelahan.

Pada peristiwa ini manusia tidak merasakan kebahagiaan dari uang yang ia terima, melainkan tekanan  hidup yang tiada henti.

Lantas bagaimana cara kita kabur dari belenggu pemikiran ini?

Islam adalah sebaik-baiknya sistem, tujuan hidup ialah mencari kebahagiaan seperti yang diajarkan, yakni kebahagian dunia dan akhirat. Kebahagian yang tidak hilang siang maupun malam. Kebahagiaan hidup dan mati.

Jawaban dari apa kegunaan kuliah ataupun belajar bukanlah untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan menerima ilmu manusia mengetahui kebenaran. Harga dari kebenaran tidak pernah sebanding dengan uang.

Sistem yang entah siapa pelopornya itu terlampau jenius. Dengan pemikiran itu manusia digiring untuk senantiasa terfokus pada hal-hal berbau material seperti uang, pekerjaan, atau apapun yang bersifat duniawi. Itulah definisi manusia yang mencuri peran Tuhan untuk mengatur dunia. Sekelompok orang yang ingin menanamkan paham materialisme pada dunia. Tidak akan pernah ada kebahagiaan kecuali sementara pada siklus pemikiran itu.

Pada hakikatnya manusia di era modern ini telah dikurung di dalam penjara. Penjara yang membuat korbannya sendiri tidak sadar bahwa ia sedang terperangkap. 

Posting Komentar

0 Komentar