Subscribe Us

header ads

Mengenal Mudzakarah, Cara Mahasiswa Al-Azhar Menjaga Ilmunya

(Sumber : Dakwatuna)

Salah satu bencana atau penyakit yang sering dialami oleh penuntut ilmu adalah lupa, hal itu bisa disebabkan oleh banyak faktor, entah itu faktor internal seperti lemahnya hafalan, atau faktor eksternal seperti malas menulis atau mengulang pelajaran yang didapat dari guru. 

Imam Syafi’i dalam syairnya mengibaratkan ilmu sebagai 'binatang buruan' yang harus diikat dengan tulisan, sehingga menjadi sebuah kebodohan jika orang mendapatkan ilmu tapi tidak menulisnya.

 العِلْمُ صَيْدٌ وَالكِتَابَةُ قَيْدُهُ
 قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالحِبَالِ الوَاثِقَةِ
 فَمِنَ الحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً
 وَتَتْرُكَهَا بَيْنَ الخَلَائِقِ طَالِقَةً

“Ilmu itu seperti hewan buruan dan tulisan adalah pengikatnya.

Maka ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat.

Termasuk kebodohan adalah ketika kamu memburu seekor rusa

Dan meninggalkannya bebas berkeliaran."

Selain menulis, ada banyak cara untuk “mengikat” ilmu yang kita punya, seperti mengulang-ngulang bacaan dari ilmu yang kita dapat, menghafalkannya, mendiskusikannya dengan teman, mengamalkannya, dan masih banyak cara lainnya. 

Namun kali ini, saya ingin mengupas salah satu cara yang sering digunakan oleh para penuntut ilmu di Al-Azhar umumnya, dan mahasiswa Al-Azhar dari Indonesia khususnya, yaitu mudzakarah.

Asal kata mudzakarah, jika dilihat dari ilmu gramatikal bahasa Arab, kata Mudzakarah (مذاكرة) berasal dari kata dzakara-yadzkuru ( ذَكَرَ - يَذْكُرُ  ) yang berarti menyebut atau mengingat. Kemudian ditambahkan huruf alif di antara fa fi’il dan ai’n fi’il sehingga menjadi dzaakara-yudzakiru (ذَاكرَ - يُذَاكِرُ). Dari segi ilmu shorf, wazn dari fi’l ini adalah فَاعَلَ - يُفَاعِل  yang bermakna musyarakah atau saling melakukan sesuatu. Sehingga dalam makna ini, bisa diartikan saling belajar.

Sedangkan menurut KBBI,  muzakaroh mempunyai arti “pengulangan pelajaran secara bersama-sama".

Dari kedua makna tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa mudzakarah adalah berkumpulnya sekumpulan orang untuk melakukan belajar bersama.


Bagaimana Mudzakarah Berjalan?

Sebenarnya tidak ada sistem baku yang mengatur tentang berjalannya mudzakarah ini, namun berdasarkan pengalaman yang saya temukan di Mesir, mudzakarah dilakukan dengan cara berkumpulnya sekumpulan orang yang sudah belajar tentang suatu bab atau permasalahan yang biasanya bersumber dari kitab yang dipelajari bersama para masayikh, lantas membahasnya bersama-sama. 

Dimulai dengan satu orang yang ditunjuk dan bersedia untuk menjadi pemateri di kesempatan itu, kemudian ia menjelaskan dari apa yang ia dapat sebelumnya, baik itu dari gurunya, atau dia dapat dari membaca bacaan lain, kemudian setelah satu permasalahan tuntas dibahas oleh pemateri. Sedangkan peserta lain dipersilakan untuk menambahkan penjelasan selain yang dijelaskan pemateri, membantah, mendebat ataupun bertanya. Kemudian setelah pertanyaan dilontarkan, pemateri atau peserta selain pemateri akan menjawabnya. Dan tidak jarang karena pertanyaan yang dilontarkan tersebut, terlahirlah diskusi yang hidup dan membuat akal berfikir.


Kapankah Waktu Mudzakarah?

Lagi-lagi sebenarnya tidak ada aturan baku untuk kapan mudzakarah ini harus dilaksanakan, bisa pagi hari, malam hari, siang hari, ataupun sore hari. Begitu juga untuk jangka waktunya, bisa setiap hari, seminggu sekali, atau mungkin sebulan sekali. Namun alangkah baiknya, mudzakarah ini dilaksanakan setelah selesainya sesi belajar mengajar bersama masyayikh. Hal ini supaya ilmu yang baru kita dapatkan bisa langsung diulang dan memperkecil kemungkinan lupa.


Fungsi Mudzakarah Bagi Seorang Pelajar

Mudzakarah mempunyai beberapa fungsi dan manfaat, salah satu diantaranya adalah persamaan persepsi antar murid satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa mencegah terjadinya perbedaan pemahaman antar murid yang belajar ke guru yang sama. Perbedaan pemahaman tersebut bisa disebabkan karena perbedaan cara tangkap satu murid dengan yang lain dalam memahami perkataan sang guru hingga lahirlah pemahaman yang berbeda. Sehingga dengan mudzakarah, hal ini bisa diminimalisir, sehingga terjadi pemahaman yang seragam di antara para murid.

Selain itu, mudzakarah juga bermanfaat bagi seorang pelajar untuk mengulang ilmu yang dipelajari, sehingga terhindar dari penyakit ilmu yaitu lupa. Dan yang terakhir mudzakarah juga bisa berfungsi sebagai wasilah untuk saling mengambil manfaat antara satu pelajar dengan yang lainnya, terlebih jika mereka belajar dari guru yang berbeda, sehingga penjelasan setiap guru dari murid bisa disampaikan di forum mudzakarah, lalu jika perlu didiskusikan. Sehingga para murid bisa mengambil manfaat dari banyak guru.

Pada akhirnya ilmu tidak cukup hanya didengar sekali karena sifat manusia yang mudah lupa. Sehingga perlu bagi kita untuk mengulangnya, dan mudzakarah adalah salah satu cara terbaik untuk dilakukan oleh seorang pelajar.

Posting Komentar

0 Komentar