Subscribe Us

header ads

Menyikapi Bencana Alam Yang Terjadi di Sekitar Kita

(sumber : Pixabay)

Dalam hidup ini banyak ditemukan bencana dalam kehidupan, yaitu peristiwa yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia, seperti banjir, tanah longsor, gunung meletus, bahkan wabah Covid-19 yang merajalela. Faktor yang mempengaruhi manusia dalam menghadapi dan menyikapi berbagai bencana sangat beragam tergantung cara mereka memandang masing-masing situasi.

Kearifan lokal juga memiliki kaitan dalam penanggulangan bencana, ada yang logis dan ada pula yang berada jauh di luar nalar manusia. Yang logis adalah yang berupa filsafat hidup yang memungkinkan untuk pencegahan bencana, seperti filsafat Jawa sepi ing pamrih dimana masyarakat Jawa dituntut untuk peduli sesamanya dan menjaga sekitarnya, filsafat Jawa juga mengajarkan bahwa manusia haruslah hidup harmonis dengan alam, masyarakat, dan dirinya sendiri, agar mencapai hubungan yang harmonis dengan Tuhannya. Ada pula kearifan lokal yang tidak logis seperti mempercayai gunung yang marah karena tidak diberi sesembahan.

Bencana memiliki spektrum yang sangat luas, ia mencakup segala proses yang mengancam kehidupan manusia, berupa peristiwa alami yang beberapa di antaranya disebabkan oleh manusia itu sendiri padahal manusia dapat mengontrolnya. Hal ini karena manusia sering kali lupa terhadap tugas utamanya sebagai khalifah di bumi ini untuk mengelola alam dan seisinya. Hal tersebut berimplikasi buruk terhadap kelanjutan hidup manusia, seperti banjir yang nampak sebagai bencana alam padahal sebenarnya itu adalah ulah manusia sendiri yang masih suka menebang pohon sembarangan dan membuang sampah sembarangan.

Moral di sini tidaklah memiliki makna yang terbatas pada perlakuan kita pada alam, lebih dari itu moral dengan sesama manusia dan moral dengan Tuhan harus baik juga. Karena kehilangan moral adalah sumber pertama dari kerusakan. Sebagaimana intimidasi yang merupakan hilangnya moral pada manusia akan berakibat pada peperangan dan permusuhan yang membahayakan hidup manusia yang bisa juga disebut sebagai bencana. 

Salah satu contoh bencana yang sedang kita hadapi adalah virus corona yang sejak kemunculannya 2019 lalu telah menarik banyak perhatian hingga menimbulkan banyak respon masyarakat dari berbagai sudut pandang. Apakah ini suatu ujian, cobaan, atau bahkan azab bagi penduduk bumi. Dalam kacamata Islam segala sesuatu yang terjadi di bumi ini merupakan takdir.

Saat kemunculannya, perilaku orang Wuhan yang kotor dijadikan penyebab dari tersebarnya virus corona itu hingga banyak orang yang menyangka itu adalah azab. Sedangkan ketika virus ini mulai menimpa orang Muslim, maka mereka berkata itu adalah ujian. Pemerintah juga disalahkan akan hal ini karena dianggap lambat menangani musibah yang terjadi.

Masyarakat sekarang terjebak pada posisi menghakimi, padahal azab dan ujian bersifat metafisik, padahal penghakiman adalah urusan Allah, bukannya melakukan yang terbaik malah berlagak sebagai hakim hingga lupa memanusiakan manusia termasuk para korban yang terkena musibah. Pencarian kambing hitam dalam masalah juga merupakan suatu alat untuk memecah belah manusia. Dalam bencana ini kita dituntut untuk intropeksi diri, karena bencana ini merupakan pukulan keras agar masyarakat dapat memperbaiki diri, mempererat persatuan untuk melewati hari yang sulit. Seperti pepatah Arab:

“Tak ada kesedihan yang kekal, tak ada (pula) kebahagiaan yang abadi. Tak ada kesengsaraan yang bertahan selamanya, pun demikian halnya dengan kemakmuran”.


DAFTAR PUSTAKA

1) Zamroni, M. Imam. 2011. “Islam dan Kearifan Lokal Dalam Penanggulangan Bencana di Jawa”. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol 2 Nomor 1.
2) Indiyanto, Agus dan Kuswanjono, Arqom. 2012. Agama, Budaya, Dan Bencana. (Bandung: Mizan Pustaka. Cet 1).
3) Sukmana, Enriko Tedja. 2013. Revitalisasi Keharmonisan Dunia (Menilik Relevansi Antara Moral, Agama, dan Bencana). Esensia Vol XIV Nomor 1.
4) Misno, Abdurrahman, dkk. 2020. Covid-19 Wabah, Fitnah, dan Hikmah. (Bogor: Pustaka Amma Alamia. Cet 1).

Red : Rizka Salzabila

Posting Komentar

0 Komentar