Subscribe Us

header ads

Hidup Tidak Pernah Adil

Hidup Tidak Pernah Adil
Mengapa manusia terlahir bukan atas kehendaknya sendiri?

Terlahir tidak atas ras yang diinginkannya. Terlahir bukan di hari yang diinginkan. Bahkan mati pun bukan manusia yang menentukan. Bentuk fisik, warna kulit, bukan kita penentunya. 

Lantas mengapa hidup tidak mengalir sesuai kemauan manusia? Pertanyaan-pertanyaan fundamental itu sulit dilogikakan.

It doesn’t make a sense.

Sebagian manusia terlahir di dunia dengan segenap kebahagian. Kaya raya, garis keturunan terhormat, dan lain lain. Sementara di samping itu terlahir pula yang hidupnya dihantui kemiskinan, kebencian, keluarga yang tidak harmonis. Satu pihak tercipta bahagia dan pihak lain sengsara. Mengapa hidup tidak adil?

Orang-orang yang jujur selalu ditimpa kesulitan karena kejujurannya sendiri. Sementara yang berbuat curang dapat memenangkan pertandingan. Bukankah aneh? Kebaikan terbalas keburukan, sementara keburukan terbalas kebaikan.

“Hidup ini tidak pernah adil”.

Itulah kata-kata yang tercipta bila kita sebagai manusia berdiri di satu perspektif. Terkadang hal itu membuat kitab bertanya-tanya ke manakah Tuhan pergi.

“Bukankah Allah itu Maha Adil” (Q.S. At-Tin: 8)

Ayat di atas mengatakan bahwa Tuhan, merupakan entitas paling adil. Tidak ada yg melebihi adil-Nya. 

Lalu di mana bukti adil-Nya? Mengapa kita tidak bisa meraba, melihat, dan merasakan bukti tersebut?

Pelaku kejahatan tidak akan pernah mengerti betapa berat hukumannya sampai ia diseret hakim ke meja pengadilan dan menerima keputusan. Begitupun pelaku kebaikan tidak akan mengerti betapa indah balasannya hingga kebaikan mendatanginya.

Mengapa semenjak terlahir kita hanya merasakan sakit, sakit, dan rasa sakit? Tiada kebahagiaan turut menghampiri. Mengapa ada yang diciptakan indah ada pula yang buruk?

Bila kita telusuri lebih dalam akan kita sadari bahwa Tuhan memang Maha Adil. Bahkan bukti tersebut sudah ada semenjak manusia terlahir.

Tidak lepas dari konsep peredaran waktu, terbitnya siang dan terbenam di malam. Apa jadinya bila Tuhan hanya menciptakan siang sepanjang hari? Tubuh akan menerima dampak negatif karena tubuh dapat melalui proses metabolisme dengan baik saat malam hari. Begitu sebaliknya. Akan buruk bila Tuhan hanya menciptakan malam saja.

Lantas mengapa kita tercipta sebagian berkulit putih dan sebagian lain gelap? Tuhan menciptakan manusia beragam ras dan bentuk untuk memberikan pelajaran agar manusia saling mengenal satu sama lain. Tidak ada rasa atau kelompok yang diistimewakan. Tidak ada ciptaan-Nya yang buruk. Bila kita merasa diri kita tercipta buruk, hal itu dikarenakan perspektif manusia itu sendiri.

Mengapa ada yang terlahir kaya ada pula yang miskin? Dengan menilik konsep zakat kita akan mengerti, dengan adanya yang miskin maka ada pula yang berkewajiban memberi. Pada titik ini harmonisnya persaudaraan, eratnya kekeluargaan, dan bukti bahwa Tuhan Maha Adil kita temukan.

Bagaimana bila semua manusia tercipta kaya sama rata? Zakat tidak akan pernah ada. Kasih sayang dan persaudaraan pun demikian.

Hidup tidak pernah adil bila kita hanya berdiri di kaki sendiri. Hidup lebih dari istilah adil. Dan bukti-bukti bahwa hidup adil tersirat dari saling bergantungnya semua hal di semesta ini satu sama lain.

/Damar, Ed: Wi

Posting Komentar

0 Komentar